Berikut ini kultwit @TrioMacan2000 yang berusaha menjelaskan hubungan media massa, opini dan perilaku publik:
- Pagi ini kita bahas sedikit tentang pengaruh opini media massa terhadap perilaku publik.
- Media massa sbg sumber informasi utama adalah pembentuk opini publik/rakyat yg utama.
- Setiap detik, menit, jam dan hari kita disuguhi informasi dari media massa. Jenis informasinya bermacam ragam
- Mulai dari informasi bersifat hiburan (film, sinetron, humor) s/d berita2 politik, ekonomi, hamkam dst..dst..bahkan berita dukacita
- Sebagian besar informasi dari media itu (tv, koran, majalah, radio, dll) kita telan bulat2. Ada jg yg dikritisi, ditolak oleh akal kita
- Semua informasi, termasuk yg ditolak atau dibantah oleh akal sehat kita itu secara tdk sadar terhimpun 100% dlm alam bawah sadar kita
- Otak kita menyerap semua informasi tanpa kecuali : yg benar dan yg salah, yg bagus ataupun sampah. Semuanya masuk
- Informasi2 inilah, terutama yg dari media2 mainstream yg kemudian membentuk opini dalam masyrakat. Opini publik
- Opini inilah yg kemudian menjadi dasar dlm perilaku, sikap, gaya dan pengambilan keputusan dlm menghadapi satu isu/hal tertentu
- Media massa membentuk opini massa/publik. Opini publik membentuk sikap dan perilaku publik
- Jika media massa memberikan informasi yg salah, kemungkinan besar akan membentuk opini yg salah
- Opini yg salah kemungkinan besar akan membentuk perilaku publik yg salah. Itulah postulat dalam ilmu komunikasi publik
- Pertanyaan pertama : mungkinkah informasi dari media massa itu salah atau keliru? Jawabnya : sangat mungkin
- Pertanyaan kedua : bgmn media massa bisa salah dalam memberikan informasi. Jawabnya : bisa disengaja atau tdk disengaja
- Pertanyaan ketiga : kenapa media massa bisa sengaja beri informasi yg salah. Jawabnya : media massa punya politik/ kebijakan sendiri
- Apa yg terkait dgn kebijakan/politik media itu? 1. Kepentingan tertentu owner/pemilik media 2. Kepentingan ekonomi/bisnis
- Setiap media punya arah, orientasi, dasar dan kepentingan politik masing2. Biasanya mencerminkan kehendak, visi dan cita2 ownernya
- Contohnya : TV one akan jalankan misi Aburizal Bakrie dan/atau Golkar. Metro Tv & MNC Grup jalankan misi Paloh/tanoe atau nasdem
- Kompas dulu sangat kental jalankan misi bernuansa katolik. Suara Pembaruan kristen, republika islam dst..
- Berikutnya adalah kepentingan bisnis seperti terkait iklan, berita dari sponsor baik secara eksplisit ataupun tidak
- Bgmn dgn penyiaran berita yg salah tanpa disengaja? Macam2 bentuknya : 1. Berita yg tdk lengkap 2. Berita/info yg tdk diverifikasi
- Media2 massa termasuk yg sekaliber Kompas dan Tempo sering melakukan kesalahan dlm penyampaian informasi krn tdk disajikan seimbang
- Kompas misalnya, terakhir kali dinyatakan bersalah krn memuat berita/info ttg Tina Talisa tnp verifikasi dan cover both side
- TEMPO terakhir buat kesalahan fatal dgn memuat laporan utama ttg korupsi Nazarudin pada Hambalang yg semuanya info hny dari pihak Nazar
- Bahkan Metro TV siarkan informasi yg keliru tth Rohis yg disebutnya sbg sarang teroris. Kesalahan sangat fatal.
- TV one ditegur keras oleh KPI krn siarkan ILC TV one yg sepihak& zalim jadi ajang "pembantaian & penghakiman" wamen Denny Indrayana
- Penyebab utama penyajian informasi yg keliru oleh media massa adalah : 1. Karena SDM medianya bodoh, malas, pnya motif tertentu dsj
- Penyebab dominan berikutnya adalah : keterbatasan ruang kolom atau waktu siaran. Deadline, porsi iklan dst
- Banyak lagi penyebab2 yg bisa akibatkan media massa sampaikan informasi yg salah ke publik. Contoh kasusnya tak terhingga
- Meski media massa / pers selalu memberikan ruang dan waktu utk pihak yg dirugikan utk berikan koreksi/klarifikasi, berita sdh menyebar
- Berita atau informasi yg sudah menyebar / dimuat/ disiarkan tadi itu sdh masuk dan tertanam dalam benak publik. Disadari atau tidak
- Informasi yg campur aduk tadi : benar dan salah, berkualitas dan sampah, itulah yg kemudian membentuk opini publik dan perilaku publik
- Namun celakanya, meski banyak kesalahan dalam informasi yg jadi dasar opini publik tadi, sebagian publik menganggap sbg kebenaran
- Mayoritas publik tak mau repot2 mencari informasi lain sbg pembanding atau penyeimbang. Tdk mau 'exercise' informasi dari media massa
- Bahkan celakanya ada sebagian masyarakat mengganggap berita media massa itu sbg kebenaran mutlak.
- informasi Media massa malah dijadikan sbg sumber kebenaran. Bahkan ada yg anggap sbg satu2nya sumber kebenaran. Masya Allah ..
- Sebagian Masyarakat yg terdidik atau yg biasa bersikap skeptis dan kritis pada informasi dari media massa mungkin lbh hati2 dlm menilai
- Sebagian kecil dari masyarakat ini, selalu menggunakan akalnya utk menilai suatu informasi. Bahkan dari manapun sumbernya
- Sbgn masyarakat tertentu, yg lbh kecil lagi jumlahnya, akan mencari Informasi pembanding atas informasi tertentu terkait isu2 tertentu
- Namun, tentu saja, opini publik (yg belum tentu benar ini) tdk dapat dibendung oleh sekelompok kecil masyarakat.
- Fenomena inilah yg sering kita istilahkan "tirani mayoritas dalam opini publik". Pendapat umum dianggap selalu benar.
- Fenomena ini tentu bisa berbahaya, terutama bila opini publik itu terkait isu2 strategis dan sensitif. Opini ini yg bisa merusak.
- Contoh ttg pilgub kemaren. Jokowi ahok sdh sgt bagus citranya karena informasi2 dari media massa. Ada faktor uang dan media darling
- Ketika kami skeptis dan mencoba mencari informasi yg benar, kami coba sampaikan ke publik. Hasilnya : mental ! Opini sdh terbentuk kuat
- Fakta2 yg didapat ttg jokowi dan ahok, misalnya : ahok pernah tersangkut pidana atau jokowi bukan walikota terbaik, tdk diserap publik
- Maksud dan tujuan utk penyeimbang bagi informasi yg salah, tdk bisa diterima oleh mayoritas masyarakat terutama yg kurang terdidik
- Masyrkat yg cerdas, biasanya langsung menguji setiap informasi yg "berseberangan" dgn informasi mainstream. Mencoba cari tahu kebenaran
- Sedangkan masyrakat "awam" tdk akan pernah mau mencoba mencari kebenaran. Selalu anggap informasi mainstream sbg kebeneran mutlak
- Akibatnya, semua informasi media massa itu diterima bulat2 dan kemudian menjadi opini publik yg mendorong perilaku publik.
- Jika opini publik ini positif tentu perilaku publik positif. Bagus. Tdk masalah. Namun bgmn jika opini itu keliru?
- Bgmn jika opini tsb dimaksudkan utk menggiring perilaku tertentu untuk tujuan tertentu yg belum tentu baik atau malah berbahaya?
- Inilah sebabnya kenapa Hary Tanoe sang emperor MNC Grup pernah saya nobatkan sebagai Tokoh Yang Paling 'Berbahaya' di Indonesia
- Karena Hary Tanoe dgn penguasaan media massanya yg sangat besar dapat membentuk opini publik sesuai yg dia inginkan
- Sementara itu, sbgn besar rakyat indonesia belumlah masyarakat yg cerdas, terdidik atau mau bersikap skeptis dan kritis thdp informasi
- Sebab itu, sy bersyukur ada socmed ie twitter ini dimana kita bs berbagi informasi yg kita anggap benar meski dlm skala yg sgt mikro
- Sebab itu saya selalu anjurkan : marilah semua informasi kita kaji, olah, kritisi dan serap melalui akal sehat dan hati nurani. Sekian
No comments: