» » Kekuatan Media Massa dalam Mempengaruhi Opini dan Perilaku Publik

MIMBARPENYULUH.com — Dunia dakwah dan penyuluhan agama tidak lepas dari masalah opini dan perilaku publik. Para dai dan penyuluh sejatinya bekerja dalam rangka membentuk opini dan mengarahkan perilaku publik. Mereka memanfaatkan berbagai macam sarana dan media dalam kegiatannya, salah satunya media massa.

Berikut ini kultwit @TrioMacan2000 yang berusaha menjelaskan hubungan media massa, opini dan perilaku publik:

  1. Pagi ini kita bahas sedikit tentang pengaruh opini media massa terhadap perilaku publik.
  2. Media massa sbg sumber informasi utama adalah pembentuk opini publik/rakyat yg utama.
  3. Setiap detik, menit, jam dan hari kita disuguhi informasi dari media massa. Jenis informasinya bermacam ragam
  4. Mulai dari informasi bersifat hiburan (film, sinetron, humor) s/d berita2 politik, ekonomi, hamkam dst..dst..bahkan berita dukacita
  5. Sebagian besar informasi dari media itu (tv, koran, majalah, radio, dll) kita telan bulat2. Ada jg yg dikritisi, ditolak oleh akal kita
  6. Semua informasi, termasuk yg ditolak atau dibantah oleh akal sehat kita itu secara tdk sadar terhimpun 100% dlm alam bawah sadar kita
  7. Otak kita menyerap semua informasi tanpa kecuali : yg benar dan yg salah, yg bagus ataupun sampah. Semuanya masuk
  8. Informasi2 inilah, terutama yg dari media2 mainstream yg kemudian membentuk opini dalam masyrakat. Opini publik
  9. Opini inilah yg kemudian menjadi dasar dlm perilaku, sikap, gaya dan pengambilan keputusan dlm menghadapi satu isu/hal tertentu
  10. Media massa membentuk opini massa/publik. Opini publik membentuk sikap dan perilaku publik
  11. Jika media massa memberikan informasi yg salah, kemungkinan besar akan membentuk opini yg salah
  12. Opini yg salah kemungkinan besar akan membentuk perilaku publik yg salah. Itulah postulat dalam ilmu komunikasi publik
  13. Pertanyaan pertama : mungkinkah informasi dari media massa itu salah atau keliru? Jawabnya : sangat mungkin
  14. Pertanyaan kedua : bgmn media massa bisa salah dalam memberikan informasi. Jawabnya : bisa disengaja atau tdk disengaja
  15. Pertanyaan ketiga : kenapa media massa bisa sengaja beri informasi yg salah. Jawabnya : media massa punya politik/ kebijakan sendiri
  16. Apa yg terkait dgn kebijakan/politik media itu? 1. Kepentingan tertentu owner/pemilik media 2. Kepentingan ekonomi/bisnis
  17. Setiap media punya arah, orientasi, dasar dan kepentingan politik masing2. Biasanya mencerminkan kehendak, visi dan cita2 ownernya
  18. Contohnya : TV one akan jalankan misi Aburizal Bakrie dan/atau Golkar. Metro Tv & MNC Grup jalankan misi Paloh/tanoe atau nasdem
  19. Kompas dulu sangat kental jalankan misi bernuansa katolik. Suara Pembaruan kristen, republika islam dst..
  20. Berikutnya adalah kepentingan bisnis seperti terkait iklan, berita dari sponsor baik secara eksplisit ataupun tidak
  21. Bgmn dgn penyiaran berita yg salah tanpa disengaja? Macam2 bentuknya : 1. Berita yg tdk lengkap 2. Berita/info yg tdk diverifikasi
  22. Media2 massa termasuk yg sekaliber Kompas dan Tempo sering melakukan kesalahan dlm penyampaian informasi krn tdk disajikan seimbang
  23. Kompas misalnya, terakhir kali dinyatakan bersalah krn memuat berita/info ttg Tina Talisa tnp verifikasi dan cover both side
  24. TEMPO terakhir buat kesalahan fatal dgn memuat laporan utama ttg korupsi Nazarudin pada Hambalang yg semuanya info hny dari pihak Nazar
  25. Bahkan Metro TV siarkan informasi yg keliru tth Rohis yg disebutnya sbg sarang teroris. Kesalahan sangat fatal.
  26. TV one ditegur keras oleh KPI krn siarkan ILC TV one yg sepihak& zalim jadi ajang "pembantaian & penghakiman" wamen Denny Indrayana
  27. Penyebab utama penyajian informasi yg keliru oleh media massa adalah : 1. Karena SDM medianya bodoh, malas, pnya motif tertentu dsj
  28. Penyebab dominan berikutnya adalah : keterbatasan ruang kolom atau waktu siaran. Deadline, porsi iklan dst
  29. Banyak lagi penyebab2 yg bisa akibatkan media massa sampaikan informasi yg salah ke publik. Contoh kasusnya tak terhingga
  30. Meski media massa / pers selalu memberikan ruang dan waktu utk pihak yg dirugikan utk berikan koreksi/klarifikasi, berita sdh menyebar
  31. Berita atau informasi yg sudah menyebar / dimuat/ disiarkan tadi itu sdh masuk dan tertanam dalam benak publik. Disadari atau tidak
  32. Informasi yg campur aduk tadi : benar dan salah, berkualitas dan sampah, itulah yg kemudian membentuk opini publik dan perilaku publik
  33. Namun celakanya, meski banyak kesalahan dalam informasi yg jadi dasar opini publik tadi, sebagian publik menganggap sbg kebenaran
  34. Mayoritas publik tak mau repot2 mencari informasi lain sbg pembanding atau penyeimbang. Tdk mau 'exercise' informasi dari media massa
  35. Bahkan celakanya ada sebagian masyarakat mengganggap berita media massa itu sbg kebenaran mutlak.
  36. informasi Media massa malah dijadikan sbg sumber kebenaran. Bahkan ada yg anggap sbg satu2nya sumber kebenaran. Masya Allah ..
  37. Sebagian Masyarakat yg terdidik atau yg biasa bersikap skeptis dan kritis pada informasi dari media massa mungkin lbh hati2 dlm menilai
  38. Sebagian kecil dari masyarakat ini, selalu menggunakan akalnya utk menilai suatu informasi. Bahkan dari manapun sumbernya
  39. Sbgn masyarakat tertentu, yg lbh kecil lagi jumlahnya, akan mencari Informasi pembanding atas informasi tertentu terkait isu2 tertentu
  40. Namun, tentu saja, opini publik (yg belum tentu benar ini) tdk dapat dibendung oleh sekelompok kecil masyarakat.
  41. Fenomena inilah yg sering kita istilahkan "tirani mayoritas dalam opini publik". Pendapat umum dianggap selalu benar.
  42. Fenomena ini tentu bisa berbahaya, terutama bila opini publik itu terkait isu2 strategis dan sensitif. Opini ini yg bisa merusak.
  43. Contoh ttg pilgub kemaren. Jokowi ahok sdh sgt bagus citranya karena informasi2 dari media massa. Ada faktor uang dan media darling
  44. Ketika kami skeptis dan mencoba mencari informasi yg benar, kami coba sampaikan ke publik. Hasilnya : mental ! Opini sdh terbentuk kuat
  45. Fakta2 yg didapat ttg jokowi dan ahok, misalnya : ahok pernah tersangkut pidana atau jokowi bukan walikota terbaik, tdk diserap publik
  46. Maksud dan tujuan utk penyeimbang bagi informasi yg salah, tdk bisa diterima oleh mayoritas masyarakat terutama yg kurang terdidik
  47. Masyrkat yg cerdas, biasanya langsung menguji setiap informasi yg "berseberangan" dgn informasi mainstream. Mencoba cari tahu kebenaran
  48. Sedangkan masyrakat "awam" tdk akan pernah mau mencoba mencari kebenaran. Selalu anggap informasi mainstream sbg kebeneran mutlak
  49. Akibatnya, semua informasi media massa itu diterima bulat2 dan kemudian menjadi opini publik yg mendorong perilaku publik.
  50. Jika opini publik ini positif tentu perilaku publik positif. Bagus. Tdk masalah. Namun bgmn jika opini itu keliru?
  51. Bgmn jika opini tsb dimaksudkan utk menggiring perilaku tertentu untuk tujuan tertentu yg belum tentu baik atau malah berbahaya?
  52. Inilah sebabnya kenapa Hary Tanoe sang emperor MNC Grup pernah saya nobatkan sebagai Tokoh Yang Paling 'Berbahaya' di Indonesia
  53. Karena Hary Tanoe dgn penguasaan media massanya yg sangat besar dapat membentuk opini publik sesuai yg dia inginkan
  54. Sementara itu, sbgn besar rakyat indonesia belumlah masyarakat yg cerdas, terdidik atau mau bersikap skeptis dan kritis thdp informasi
  55. Sebab itu, sy bersyukur ada socmed ie twitter ini dimana kita bs berbagi informasi yg kita anggap benar meski dlm skala yg sgt mikro
  56. Sebab itu saya selalu anjurkan : marilah semua informasi kita kaji, olah, kritisi dan serap melalui akal sehat dan hati nurani. Sekian
Catatan: penomoran tweet telah dirapikan






About Admin

Abu Rasyidah Judi Muhyiddin, Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bekasi | Pin BB 73ca04f3 | Whatsapp 081315609988 | email salampenyuluh@gmail.com
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply