» » UN, Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran

MIMBARPENYULUH.com — Pelaksanaan ujian nasional (UN) adalah sebuah hajatan besar yang supermahal. Di tahap awal panitia UN bekerja keras untuk menyiapkan soal ujian. Tentu tak sembarangan soal itu dibuat, harus diperhatikan agar soal-soal tersebut tak sama dengan soal tahun-tahun sebelumnya. Soal juga dibuat lima versi, agar peserta ujian tak bisa menyontek satu sama lain.

Tak hanya sampai di situ, mulai dari pencetakan soal sampai dibagikan ke peserta ujian, dilakukan upaya ekstrapengamanan agar soal tidak bocor, terjaga keamanan dan kerahasiaannya. Tak tanggung-tanggung, soal tersebut dikawal langsung oleh petugas keamanan. Untuk memperlancar distribusi soal, sekaligus menjaga keamanannya, sehari sebelum pelaksanaan ujian soal-soal tersebut diinapkan di kantor Polsek lokasi ujian terdekat. Di sejumlah daerah yang tidak memiliki Mapolsek, soal ujian diinapkan di Markas Angkatan Laut, TNI AD atau kantor petugas keamanan lainnya.

Tak bisa dipungkiri bahwa pelaksanaan UN membutuhkan biaya sangat besar dan mahal. Tahun ini dibutuhkan biaya sebesar Rp 600 miliar untuk pelaksanaan UN. Dana tersebut cukup untuk membangun 300 buah sekolah baru tahan gempa. Atau dana tersebut cukup untuk membeli 400 buah mobil mewah sekelas Alphard.

Namun apa yang terjadi? Di satu sisi pemerintah berusaha sekuat tenaga agar UN terlaksana dengan baik, jujur, tanpa kecurangan. Di sisi lain, ada pihak-pihak yang juga berusaha sekuat tenaga, dengan segala cara agar bisa membobol kerahasiaan soal ujian. Soal tersebut, konon dapat mereka bocorkan, lalu jawaban dikirimkan ke peserta ujian melalui SMS, BBM, email dan berbagai cara lainnya. Dalam hitungan detik, informasi tersebut bisa menyebar ke suluruh Indonesia.

Jika hal ini memang benar terjadi, betapa naifnya. Kerja keras yang dilakukan panitia serta aparat keamanan menjadi sia-sia. Dana ratusan miliar yang dikeluarkan tak ada artinya, pekerjaan besar yang dilakukan dengan susah payah menjadi tak bermakna. Ujian berlangsung secara tak jujur. Sebegitu mahalkah yang harus kita korbankan untuk mendapatkan sebuah kejujuran?

Karena itu, menurut saya, lulus UN 100 persen bukan ukuran mutlak bahwa sekolah tersebut telah berhasil menyelenggarakan proses pendidikan. Jumlah lulusan suatu sekolah yang diterima di berbagai perguruan tinggi favorit, lebih cocok untuk dijadikan indikator keberhasilan sebuah sekolah.

Kejadian tahun lalu bisa dijadikan pelajaran, ada sekolah yang nilai UN-nya sangat baik, 100 persen siswa lulus UN. Namun ternyata, tidak satu pun siswa lulusan sekolah tersebut diterima di perguruan tinggi. Ada apa? Tentu hal ini merupakan pukulan yang memalukan bagi sekolah tersebut.

Kejujuran siswa dalam UN dalam waktu dekat bisa diketahui. Kini sudah ada software yang mampu menganalisa apakah jawaban ujian siswa merupakan hasil mencontek atau dari bocoran kunci jawaban. Kecurangan peserta ujian akan segera bisa dideteksi.

Karena itu, yang perlu dihargai adalah kerja keras siswa dan guru meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa menghadapi UN dan proses yang dilakukan untuk itu. Terbukti, sekolah-sekolah yang proses belajar dan mengajarnya dilakukan dengan benar, mampu menyelesaikan soal-soal UN dengan baik pula, tanpa harus berbuat curang. Tujuan pendidikan di antaranya adalah membentuk karakter jujur pada siswa. Jika guru yang mengajarkan mereka berbuat curang tak ubahnya seperti meruntuhkan rumah sendiri dengan tangan sendiri.

Mari berlomba-lomba meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa agar mampu mengikuti dan lulus UN secara benar dan jujur. Bukan berlomba-lomba sekuat tenaga dan pikiran untuk membocorkan soal UN. Lebih fatal lagi jika kecurangan itu dilakukan oleh guru yang seharusnya bertugas mendidik siswa dengan baik.

Kita berharap hal itu tidak terjadi lagi, tugas dan tanggung jawab menyiapkan generasi penerus yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Tidak cukup hanya sekadar bisa lulus UN, tapi harus cerdas, jujur dan bermoral baik. (*)

Oleh: Irwan Prayitno (Gubernur Sumatera Barat)
http://padangekspres.co.id - Selasa, 24 April 2012 / 2 Jumadil Akhir 1433 H

About Admin

Abu Rasyidah Judi Muhyiddin, Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bekasi | Pin BB 73ca04f3 | Whatsapp 081315609988 | email salampenyuluh@gmail.com
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply